Sunday, November 7, 2010

LORCA, Sihar Ramses Simatupang



Judul Buku: Lorca, Memoar Penjahat Tak Dikenal
Pengarang: Sihar Ramses Simatupang
Penerbit: Melibas
Terbit I Tahun: 2005
___________________
MENCARI MANAJER HIDUP LORCA

Oleh: Yonathan Rahardjo, disiarkan pertama kali di milis Apresiasi Sastra

Persembahan terbaik untuk siapakah yang diberikan Lorca dalam hidupnya, ketika ia dengan begitu mudah menyerah dalam kehidupan yang bergitu renta bersama istrinya dalam perkampungan kumuh yang tersembunyi dari kehidupan khalayak ramai? Pemberian terindah apakah yang mampu dipersembahkan Lorca untuk mengisi hari sisanya ketika dengan begitu saja ia memutuskan untuk balik ke kampung halamannya untuk menyusur tempat-tempat yang bersejarah baginya, yang dikiranya ia tidak dikenali orang banyak, namun tenyata di situ
banyak orang masih mengenal jati dirinya sebagai seorang anak penjahat, seorang tokoh jahat dan terkalahkan dan menjadi buruan polisi yang berwajib, dan ia akhirnya menyerah harus ditangkap oleh pihak keamanan dan dibawa ke penjara dan dihukum mati, namun hendak diselamatkan oleh Ibel adiknya yang mati dalam misi penyelamatannya namun akhirnya juga harus mati bersama adiknya ini dalam perjalanan menuju tiang gantungan, diberondong oleh peluru-peluru panas polisi dengan darah yang berlumuran di mobil berterali besi? (hlm 445, 446, 451)

Sungguh tragis dan begitu mudahnya seorang penjahat berkaliber besar yang memimpin gerombolan Mafioso Atilos, bertekuk lutut di tangan pihak keamanan lalu jatuh dalam kehidupan jelata lalu diakhiri hidupnya juga dengan begitu mudah. Nilai apakah yang ditawarkan oleh seorang penjahat yang masih mempunyai nyali yang tidak bisa dibilang besar? Apakah yang mempengaruhi kehidupannya yang tidak punya akar kuat untuk tetap bertahan dalam sikap sebagai sorang tegar yang memimpin anak buahnya?

Lihatlah pendapat Martin seorang tua yang mempercayai Lorca sebagai pilihannya sendiri untuk melanjutkan kelompok mereka hingga menjadi besar, tapi pada puncak kejayaannya Lorca malah membuat kesalahan besar yang menunjukkan betapa lemah jiwa kepemimpinannya, banyak main dengan banyak wanita yang ada di sekelilingnya sebagai seorang pemimpin mafia, banyak memaklumi kesalahan-kesalahan anak buahnya yang pandai menjilat dan menarik hatinya hanya dengan main kata-kata (hlm 378-379). Dan justru inilah awal kehancuran Lorca dengan bersekutunya anak buah yang tidak puas dan membawa Elianos merebut kepemimpinan Lorca dengan perang saudara dan membentuk geng sendiri (hlm 382-383).

Untuk membuat seorang begitu kuat dalam hidup, ternyata memanglah membutuhkan banyak faktor selain yang ada dari dalam dirinya sendiri. Faktor internal sebagai unsur genetik dari Ernesto, ayah yang hidup dalam dunia gelap sebagai seorang pemabuk, penjahat, dan Vanessa, ibu yang seorang perempuan kegelapan, pelacur, punya banyak lelaki (123-139).

Lalu unsur lingkungan, keluarga yang porak peranda dalam tatanan masyarakat, hidup di kalangan kumuh, kalangan penjahat, pelacur, setiap hari bergaul dengan para manusia yang tersingkir dalam tatanan perikehidupan masyarakat. Bahkan pengenalannya terhadap perempuan dimulai dengan perkenalannya dengan Anna, seorang gadis yang dikaguminya dan ternyata adalah seorang pelacur, yang dalam kehidupan selanjutnya akan selalu dikenang oleh Lorca sebagai seorang yang pertama kali mengajarinya berbuat mesum sekaligus mengenalkannya terhadap nama 'rumah Tuhan' yang mendorong Lorca mencari kedamaian buat Roseti, adik perempuannya yang pada masa dewasa hingga akhir hayatnya adalah satu-satunya trah keluarga Ernesto.

Manajemen, pengelolaan, pengelolaan siapakah yang membentuk Lorca bertumbuh dalam himpitan genetik dan lingkungan yang begitu tidak mendukung untuk suatu pertumbuhan sehat bagi seorang anak? Boleh dikata dalam Novel Lorca, Sihar Ramses Simatupang, penyair, cerpenis dan novelis dalam buku novel pertamanya ini menyerahkan unsur pengelolaan ini hanya berdasar naluri, merujuk dari kehidupan Kristiani (Katolik) yang tampak dalam novel ini, meski tidak secara verbal diutarakan, ada suat manajemen konflik yang terjadi dengan sendirinya.

Tidak satupun orang yang hadir dalam kehidupan Lorca punya kepedulian penuh terhadap perkembangan jiwa dan kepribadian anak kecil yang bertumbuh dalam lingkungan gawat seperti itu. Ernesto ayahnya suka meninggalkan keluarganya, Ibel adiknya terseret dalam arus pergaulan pemakai obat-obatan dan narkotika, Vanessa ibunya adalah seorang perempuan kolektor lelaki bahkan menyimpan seorang lelaki tidak bernama tinggal dan hidup di rumah yang di dalamnya tinggal Lorca, dan Roseti, yang masih dalam masa pertumbuhan, yang tentu sangat mudah digoncangkan mental dan moralnya dengan gaya hidup kumpul kebo antara orang tua wanitanya dengan lelaki yang tidak dikenal.

Manajemen, pengelolaan kepribadian siapakah yang membuat Lorca punya pertumbuhan untuk mengirimkan Roseti ke biara gereja, untuk menyelamatkan hidup adik perempuan satu-satunya yang ia sayangi, agar tidak ikut 'gelap' seperti anggota keluarganya yang lain, semua? Boleh dikata, Anna hanyalah salah satu alat untuk memasukkan dan memaknai kata gereja, rumah Tuhan bagi telinga Lorca, karena yang terjadi dalam novel ini hanya adegan dan dialog bersama Anna yang bercerita tentang hal ini. (hlm 102-103)

Lorca meninggalkan adiknya di tempat Tuhan ini, dan mencari tempat bagi dirinya sendiri, bergabung dengan gang Muka Pucat Frederico, sebagai seorang bartender, namun mendapat perhatian istimewa dari pemimpin besar gang ini, Frederico. Pembelaan demi pembelaan diberikan kepada anak pemula ini, dan diproyeksikan dialah yang bakal mampu meneruskan kepemimpinan di gang ini. Dan kehebatan Lorca dalam mewujudkan ramalan, intuisi dan manajemen kepemimpinan Frederico sangat terasa ketika Sihar Ramses Simatupang menuliskan peristiwa-peristiwa perkelahian dengan lawan-lawan 'politik'nya, bahkan dalam penyerbuan ke bank dalam perampokan-perampokan yang berbuahkan kemuliaan gang ini, sampai akhirnya berujung kegagalan besar yang menjungkalkan bahkan menewaskan Frederico yang berbuntut kekosongan kepemimpinan (251-259).

Manajemen Frederico terhadap Lorca dilanjutkan dengan manajemen Martin, seorang tua berpengaruh dalam kelompok sisa. Si bijaksana Martin selalu membela Lorca dalam persaingan dan perebutan pengaruh di hadapan teman-teman sisa-sisa anggota gang yang terpecah akibat mangkatnya Frederico. Martinlah Manajer Lorca dalam mengatasi masa-masa sulit, sampai berhasil membangun kepemimpinan baru dalam gang, merebut pengaruh teman, menjadi gang yang ditakuti masyarakat, meraih kemenangan besar-besaran dalam menguasai pulau, mendirikan tahta baru, dengan bekal buntelan/karung emas yang berhasil diselamatkan pada penyerbuan gagal dalam masa akhir kepemimpinan Frederico (270-345).

Kepercayaan terhadap manajemen orang tua ini bagus hasilnya, karena ada faktor kontrol yang diberikan oleh orang lain. Hal yang sangat bertolak belakang terjadi ketika kepemimpinan Lorca mengarah kepada otoritarian, kepemimpinan tunggal, mendengarkan kata hati sendiri, memenangkan ego sendiri, tidak mendengarkan lagi kata Martin dan kata teman-temannya, begitu mudah meluap amarahnya begitu ada kritik, mengumpulkan banyak wanita dan mudah jatuh hati untuk melayani para wanita yang menurut kacamata para lawan politiknya, terutama Elianos, sungguhlah suatu jiwa kepemimpinan yang sangat lemah.

Inilah awal kejatuhan Lorca, gangnya gagal bertarung dengan kelompok gang lain, dan Elianos berhasil melakukan kudeta terhadap kepemimpinan Lorca. Lorca jatuh, tinggal seorang diri, lari, diselamatkan seorang wanitanya yang jadi istrinya, Diana, meski tanpa pernikahan sah di mata umum, keduanya hidup dalam kesendirian, keterpurukan, dalam rumah kumuh, rumah terpencil dari masyarakat, tidak berdaya, Lorca menjadi lelaki yang tidak punya daya hidup (385-399). Sampai akhirnya, ia ingin kembali ke kampung halamannya, kota kelahirannya, mengira semuanya sudah berubah, dosa-dosanya di masyarakat dilupakan, yag ternyata, semua sangat terbalik kondisinya dari angannya. Mulai detik-deti akhir kehidupan Lorca, justru di tanah kelahiran sendiri (401-)

Pertanyaannya, apakah memang dalam hidup seorang itu perlu manajer dalam hidupnya sehingga bisa mengarungi kehidupan dengan suatu 'kemenangan'? Terbukti Lorca berhasil jadi pemimpin gang justru karena pengaruh Frederico, Martin, dan gagal setelah hanya mendengar kata hati sendiri, bahkan terhadap bujuk rayu serta jeritan Diana, sang istri, pun ia tidak mendengar.

Pada penerbitan di Sinar Harapan sebagai cerita bersambung, semula Sihar Ramses Simatupang memberi judul novelnya ini Lelaki yang Merindukan Sorga, pencarian Lorca terhadap Tuhannya, berawal dari bisik Anna. Dalam Novel yang diterbitkan Penerbit Melibas, judulnya Lorca Memoar Penjahat Tak Dikenal. Dalam memoar sesorang, kita bisa melacak kehidupan seseorang dari banyak sisi. Sisi seseorang mengatur hidupnya, ternyata dibuktikan oleh Sihar di sini tidak lepas dari pengaruh orang lain, yang ikut mempercayai dan dipercayai untuk mengambil suatu kebijakan, langkah bijak.

Walau sebenarnya, Lorca sendiri juga bisa menjadi manajer sukses bagi dirinya sendiri, bila mendengar masukan orang-orang di sekitarnya baik yang bersifat kritik maupun dorongan. Contoh terbesar adalah ia mendengar bisik Anna tentang rumah Tuhan, yang membuat Novel ini justru bisa hadir hanya karena penceritaan seorang suster di rumah Tuhan yang cerdas, yang bercerita kepada Maria, seorang penulis perempuan, anak Lorca sendiri dengan Diana yang menjadi prolog sekaligus epilog Novel yang akan berlanjut dalam sequel berikutnya. *

No comments:

Post a Comment